Jakarta – Perkembangan teknologi komunikasi dan digitalisasi media membuat industri komunikasi digital semakin kreatif dan inovatif serta dibutuhkan masyarakat ini. Tren penelitian komunikasi digital sedang naik dan populer saat ini, salah satunya penelitian komunikasi digital bernama influencer.

Hal ini dibuktikan dengan banyak peneliti komunikasi di seluruh dunia melakukan penelitian dan publikasi di jurnal internasional membahas komunikasi digital bernama influencer. Seperti (Hudders & Lou, A new era of influencer marketing : Lessons from Recent Inquires and Thought on Future Directions, 2022), (Boerman & Muller, 2021), (Sweenet, Lawlor, & Brady, 2021), (Lee, Sudarshan, Bright, & Eastin, 2021), (Jansen, Schouten, & Croes, 2021), (Hudders & Jans, Gender effects in influencer marketing: an experimental study on the efficacy of endorsements by same vs. other gender social media influencers on Instagram, 2021), (Jacobson & Harrison, 2021), (Hudders, Lou, & Brabandere, Understanding the impact of influencers’ responses to negative follower comments on the persuasiveness of sponsored Instagram posts, 2021), (Hermawan, 2020) dan (Karagua, Beckerb, Kleinc, & Edelingd, 2022) membahas bagaimana penggunaan komunikasi digital influencer sebagai bagian Branding dan Marketing di Media Sosial.

Sebenarnya istilah influencer tidak benar-benar baru. Public Relations Review pernah membahas hal ini pada 2010. Freberg, Graham, & McGaughey menilai bahwa influencer merupakan jenis iklan atau endorsement oleh pihak ketiga yang dapat membentuk sikap audiens. Influencer mendapatkan popularitasnya melalui partisipasi aktif dalam berbagai media sosial dan seluruh jaringannya, seperti YouTube, Facebook, dan Instagram.

Influencer adalah orang-orang yang memiliki pengaruh dan diikuti oleh banyak di internet. Ucapan mereka dijadikan patokan untuk memahami industri yang mereka geluti. Influencer bisa seorang blogger, vlogger,jurnalis, akademisi, professional, selebritas, atau pengguna media sosial baisa yang memiliki jumlah pengikut tertentu.

Biasanya influencer sudah memiliki basis fans, atau pengikut, atau orang-orang yang percaya dengan suara mereka yang berkaitan dengan industri yang mereka geluti dan sesuai brand yang mereka usung.

Influencer mengumpulkan pengikut melalui konten yang mereka kembangkan sehingga memungkinkan audiens untuk mengenal dan memperhatikan narasi yang diunggahnya.

Dibandingkan dengan selebritas atau artis terkenal, influencer bisa berasal dari orang biasa sehingga sering dianggap lebih “autentik” dan lebih “organik”. Dengan menjalani kehidupan yang normal, tidak sebagai selebritas atau artis yang mapan, membuat mereka lebih natural dan mendapat perhatian audiens. (Arief, 2019)

Saat ini Influencer menjadi kebutuhan tidak hanya masyarakat dan perusahaan untuk kepentingan bisnis dan marketing namun juga pemerintah untuk dapat melayani masyarakat dan mensosialisasikan program-program kerjanya agar dapat mencapai target. Influencer bisa berasal dari orang biasa yang rajin dan fokus membuat konten di media sosial menjadi sebuah pekerjaan baru (new job) apabila dilakukan secara kontinu.

Apabila Influencer bisa mencapai subscriber atau follower yang sudah cukup banyak, maka akan ada beberapa perusahaan yang mendaftar untuk endorsement product yang ada seperti beberapa Influencer yang suka membahas dan review makanan yang penulis lihat di media sosial YouTube.

Selain untuk hal yang positif, Influencer juga bisa digunakan untuk menyebarkan hal-hal yang negatif.

Oleh karena itu penulis pengajak pembaca, kita semua bisa menjadi Influencer yang positif dengan membuat konten-konten positif yang kita senang berada di dalamnya. Indonesia butuh banyak Influencer yang positif dan itu bisa dimulai dari diri kita sendiri membantu menjadikan Indonesia yang lebih baik lagi ke depannya.

Penulis:
Saktisyahputra, S.I.Kom., M.I.Kom
Dosen Institut Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI
Penulis 15 Buku
www.saktisyahputra.com

Daftar Pustaka:
• Arief, N. N. (2019). Public Relations in The Era of Articial Intelligence Bagaimana Big Data dan AI Merevolusi Dunia PR. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
• Boerman, S. C., & Muller, C. M. (2021). Understanding which cues people to identify influencer marketing on Instagram: an eye tracking study and experiment. International Journal of Advertising, 6-29.
• Hermawan, D. (2020). Influencer Marketing in Digital Era: Does It Really Works? International Journal of Management, Entrepreneurship, Social Science and Humanities, 50-67.
• Hudders, L., & Jans, S. D. (2021). Gender effects in influencer marketing: an experimental study on the efficacy of endorsements by same vs. other gender social media influencers on Instagram. International Journal of Advertising, 128-149.
• Hudders, L., & Lou, C. (2022). A new era of influencer marketing: Lessons from Recent Inquires and Thought on Future Directions. International Journal of Advertising, 1-5.
• Hudders, L., Lou, C., & Brabandere, M. d. (2021). Understanding the impact of influencers’ responses to negative follower comment on the persuasiveness of sponsored Instagram posts. International Journal of Advertising, 178-204.
• Hudders, L., Lou, C., & Brabandere, M. d. (2021). Understanding the impact of influencers’ responses to negative follower comments on the persuasiveness of sponsored Instagram posts. International Journal of Advertising, 178-204.
• Jacobson, J., & Harrison, B. (2021). Sustainable fashion social media influencers and content creation calibration. International Journal of Advertising, 150-177.
• Jansen, L., Schouten, A. P., & Croes, E. A. (2021). Influencer advertising on Instagram: product-influencer fit and number of followers affect advertising outcomes and influencer evaluations via credibility and identification. International Journal of Advertising, 101-127.
• Karagua, Z., Beckerb, J.-M., Kleinc, K., & Edelingd, A. (2022). How, why, adn when disclosure type matters for influencer marketing. International Journal of Research in Marketing, 313-335.
• Lee, J. A., Sudarshan, S., Bright, L. F., & Eastin, M. S. (2021). Why are consumers following social media influencers on Instagram? Exploration of consumers’ motives for following influencers and the role of materialism. International Journal of Advertising, 78-100.
• Sweenet, E., Lawlor, M.-A., & Brady, M. (2021). Teenager’ moral advertising literacy in an influencer marketing context. International Journal of Advertising, 54-77.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Explore More

Eksplorasi Keterampilan Administratif untuk Kesuksesan Karir

Kisah Sukses Alumni Vokasi STIAMI: Dari Kampus ke Dunia Kerja

Keterampilan administratif memainkan peran penting dalam kesuksesan karir di berbagai bidang dan industri. Dari kemampuan mengorganisir jadwal hingga keahlian dalam komunikasi dan manajemen dokumen, keterampilan administratif adalah fondasi yang kuat

Jalan Cepat Menuju Masa Depan Gemilang

Fast Track

SMK-D3 Fast Track di Vokasi STIAMI | Program Percepatan Pendidikan SMK-D3 Fast Track: Jalan Cepat Menuju Masa Depan Gemilang Apa Itu Program SMK-D3 Fast Track? Program SMK-D3 Fast Track adalah

Vokasi Institut STIAMI dan AKOM-IT Menandatangani MOU untuk Kolaborasi Pendidikan dan Pengembangan Tri Dharma Perguruan Tinggi

18 Januari 2024 – Institut STIAMI dan Akademi Komunitas Insan Tazakka (AKOM-IT) secara resmi menandatangani Memorandum of Understanding (MOU) pada Rabu, 17 Januari 2024. Penandatanganan ini menandai awal dari kemitraan